Gejala Pengikisan Identitas dan Nasionalisme Bangsa

Menjamurnya sekolah-sekolah internasional di Jakarta dan sekitarnya, membawa dampak tersendiri bagi perkembangan bahasa. Penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah tersebut menarik minat para orang tua murid yang notabene kelas menengah ke atas untuk menyekolahkan anaknya disana. Alasan utama mereka bukan terletak pada mutu pendidikan saja, tapi lebih kepada penguasaan bahasa Inggris bagi anak-anaknya. Sehingga hal ini mendorong sekolah-sekolah negeri di kota-kota besar untuk bersaing dengan sekolah internasional. Sebagai contoh, saat ini di sekolah-sekolah negeri yang memiliki akreditasi A sebagian besar telah membuka kelas internasional. Langkah ini dilakukan dalam rangka mewujudkan visi sekolah yaitu menuju sekolah yang berstandar internasional atau SBI. Semua mata pelajaran diajarkan dengan menggunakan bahasa Inggris, tak terkecuali pelajaran bahasa Indonesia yang mungkin diajarkan dengan bahasa Inggris.
Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di sekolah dapat menghambat perkembangan bahasa Indonesia itu sendiri. Bahasa Indonesia yang masih terus mengalami perkembangan dan perbaikan akan mengalami kemunduran. Jika para generasi penerus bangsa sudah sejak dini dibentuk dalam konsep tata bahasa bahasa Inggris, tentu hal ini mempengaruhi pemahaman konsep mereka terhadap tata bahasa Indonesia. Kenyataan yang ada saat ini, masyarakat belum bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar baik dalam ragam bahasa lisan maupun tulisan. Dalam ragam lisan, penggunaan bahasa Indonesia sangat terkontaminasi oleh bahasa daerah, sedangkan dalam ragam tulisan, penggunaan bahasa Indonesia juga masih terkontaminasi oleh ragam bahasa lisan. Selain itu akan terjadi kontaminasi dalam konsep budaya, karena belajar bahasa tak lepas dari belajar budaya tempat dimana bahasa itu berasal.
Kontaminasi bahasa dan budaya yang negatif bisa menjadi gejala pengikisan identitas dan nasionalisme bangsa. Dengan alasan era globalisasi, masyarakat akan merasa diterima dalam pergaulannya jika bisa berbahasa Inggris. Mereka akan bangga jika berbahasa Inggris karena hal itu menunjukkan kelas sosial mereka. Fenomena ini banyak dijumpai di kota metropolitan seperti Jakarta. Sudah menjadi keharusan bagi masyarakat Jakarta untuk menguasai bahasa Inggris jika ingin dikatakan sebagai manusia modern dan maju. Sedangkan bahasa Indonesia sendiri mengalami kerusakan kaidah bahasanya ketika bermunculan bahasa-bahasa gaul di kalangan anak muda Jakarta. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan jika dibiarkan begitu saja. Sepertinya penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di sekolah merupakan langkah tepat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan alasan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka bahasa Inggris dirasa sebagai bahasa utama yang perlu dimasyarakatkan. Namun secara tak sadar, hal ini bisa menjadi ancaman bagi penanaman identitas dan nasionalisme bangsa pada generasi muda.
Solusi bagi masalah ini adalah penerapan billingual school seperti yang telah dilakukan oleh Malaysia dan Singapura. Mereka menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di sekolah hanya untuk mata pelajaran yang masuk dalam kurikulum internasional. Dengan billingual school dihasilkan output pendidikan yang mampu berkompetisi dalam era globalisasi tetapi tidak kehilangan identitas dan nasionalisme mereka sebagai bangsa. Kedua negara tersebut mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara pesat tanpa meninggalkan identitas mereka sebagai orang melayu. Jika dikatakan bahwa penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di sekolah sebagai pengingkaran Sumpah Pemuda adalah tepat, maka tugas pemerintah adalah membuat batasan yang tegas kapan bahasa Inggris bisa dijadikan sebagai bahasa pengantar di sekolah.
Category: 0 komentar

KESULITAN

Kesulitan-kesulitan yang menimpa seseorang itu memiliki faedah-faedah yang cukup besar yang tidak dapat digapai kecuali oleh orang yang dialapangkan dadanya oleh Alah, dan disinari hatinya. Diantara kesulitan-kesulitan itu dapat membuka pendengaran, penglihatan, dan hati yang diselimuti kegelapan malam kenikmatan, dipenuhi oleh tamu kesejahteraan, dan tertutup oleh hijab kelalaian. Diantara kesulitan-kesulitan itu dapat memperkuat hati, membangkitkannya dari kelalaian, dan mengingatkannya dari keterpedayaan. Kemudian, kesulitan-kesulitan itu dapat membuat pendapat menjadi bagus, menjadikannya bijak, jeli, memiliki pemikiran yang dalam, banyak pengalaman, dan kuat dalam pemahaman. Kemudian, kesulitan-kesulitan itu meningatkan berbagai nikmat, membuatnya menjadi memiliki nilai di dalam jiwa, tempat yang tepat pada seorang hamba, kenikmatan yang besar setelha tersingkapnya berbagai penderitaan, dan rasa yang lezat setelah tersingkirnya kesusahan. Sesungguhnya jalan keluar setelah mengalami berbagai kesulitan ini memiliki kegembiraan yang tidak bisa setara oleh kegembiraan apa pun, dan kesenangan yang tidak ada bandingannya. Sebuah perumpamaan Arab populer mengatakan :
Berbagai kesusahan datang kemudian tersingkap
Lantas menghilang tanpa meninggalkan kesulitan
Di samping itu, kesulitan-kesulitan dapat membiasakan seseorang bersikap sabar dan tabah. Maka, dia terkondisikan dengan pencerahan, pembiasaan, dan pengembangan diri dalam menghadapi berbagai kejadian sehingga kesulitan-kesulitan pun dapat dilaluinya dengan mudah.
Category: 0 komentar