PERTEMUAN TERAKHIR........

Pertemuan terakhir merupakan sebuah momen yang paling tidak disukai oleh setiap orang, saya kira. Karena dalam pertemuan itu pasti akan membawa haru, sedih, tapi sekaligus bahagia. Mengapa sedih? Tentu saja karena kita tidak akan bertemu dengan orang-orang yang kita temui terakhir itu. Mengapa haru? Mungkin dalam pertemuan itu ada pesan-pesan khusus yang akan disampaikan dan membuat kita haru. Mengapa bahagia? Mungkin pertemuan itu membawa bahagia bagi orang yang meninggalkan atau kita tinggalkan.

Sehari setelah seluruh manusia di dunia merayakan tahun baru, tepatnya tanggal 1 Januari 2010 pukul 24.00, saya mendapat sms sebuah kabar duka dari adik teman kos saya, salah satu orang yang berjasa dalam perantauan saya. Kabar itu sangat mengejutkan, Muhammad Abdul Ghofur, adik kesayangan teman saya ini meninggal dunia karena tenggelam di Setu Babakan Jagakarsa, tepat pada hari Jum’at siang. Tentu saya sedih dan berduka mendengarnya karena saya cukup kenal dengan anak ini. Sering minta tolong, lucu, dan sedihnya…dia baru saja diwisuda bulan November lalu. Anak laki-laki harapan keluarga. Terakhir saya melihat dia dari angkot ketika dia mau menyeberang jalan dekat kantor pos, tapi saya tidak dapat memanggil atau menyapa dia, hanya bisa melihat dari jauh. Penyesalan saya muncul tatkala saya mengingat percakapan terakhir saya yang menunjukkan bahwa saya sedikit keberatan direpotin oleh dia (Ya Allah ampunilah hamba, karena kondisi saya yang lelah saat itu). Kalau tahu bahwa itulah pertemuan terakhir saya dengan dia, tentu saya akan melapangkan dada untuk menolongnya. Tapi sayang…manusia memang hanya punya keterbatasan dan hanya menurutkan ego saja.

Pertemuan terakhir dengan kakak seperjuangan di dakwah sekolah juga cukup membawa kenangan duka…saat itu kami meminta pendapatnya untuk mengadakan acara reuni, waktu itu ia tidak menemui kami dan hanya memberikan pesan lewat surat bahwa intinya diperbolehkan asal tetap menjaga kaidah-kaidah syari’at yang sudah ditetapkan. Seminggu setelah itu, kami mendengar kabar bahwa dia telah menghadap Allah SWT. Disusul kemudian kakak aktivis akhwat yang juga sahabat terdekat, terbaik yang pernah saya miliki, yang paling mengerti setelah ibu dan keluargaku…pertemuan terakhirku di RS. Roemani ketika ia terbaring sakit. Saat itu dia ingin agar aku menginap di RS untuk menemaninya. Tapi aku tidak memenuhinya dengan berpikir bahwa lusa saya akan datang lagi menjenguknya. Ternyata Allah berkehendak lain, tepat sehari setelah saya menjenguk dia, besok paginya ba’da shubuh, hari Jum’at, dia dipanggil oleh Allah SWT. Mengakhiri segala penderitaannya dan meninggalkan banyak kenangan buat saya. Saat itu, saya betul-betul sedih, baru saat itu saya merasakan betapa pedihnya kehilangan sahabat terdekat…saya sempat terpikir bahwa tak ada orang yang bisa menggantikan dia..saya menyesal karena tidak memenuhi keinginan terakhirnya untuk menemaninya semalam waktu itu Hanya saja yang sedikit menghibur, saya sempat mentalqinnya dan menyaksikan air matanya berlinang menahan sakit sakaratul maut dan perpisahan dengan orang-orang yang dikasihinya…waktu itu saya merasa bahwa semua beban tugas dakwah sekolah harus saya pikul seorang diri. Saya kehilangan partner handal yang selalu berkorban di belakang layar untuk dakwah…itulah yang membuat saya menangis sampai beberapa waktu lamanya…
Pertemuan terakhir dengan teman sekelas, teman yang paling papa di kelas tapi tak pernah bersedih dan mengeluh, Mira alm. Saat itu saya silaturahim ke rumahnya di Bekasi yang sangat sederhana. Kedatangan saya untuk memenuhi utang janji yang sudah saya buat mungkin setahun sebelumnya…dan ternyata itu pertemuan terakhir saya dengan dia karena satu bulan kemudian, saya mendapat kabar dia meninggal karena kecelakaan jatuh dari angkot…

Pertemuan terakhir dengan ayah teman saya juga menyisakan kenangan karena saat itu beliau mencurahkan isi hatinya terhadap masa depan anak-anaknya kalau seandainya dia sudah tidak ada karena dia merasa hidupnya sudah tidak lama lagi…dan ternyata sebulan kemudian, beliau menghadap Sang Khaliq…
Pertemuan terakhir dengan bapak saya terjadi pada saat lebaran 2 tahun yang lalu. Saya sangat menyesal karena saat itu, saya tidak banyak bicara seperti biasanya. Hanya saja bapak saya selalu minta di foto dengan kamera digital saya. Sebuah kebiasaan yang aneh, saya rasa. Dan kata terakhir yang saya ingat adalah, “Bapak ga mau kalau kamu sungkem kok ga pake busana muslim.” Yah…hanya itu…dua bulan setelah itu, tanpa kontak fisik dan telpon, bapak meninggalkan kami semua.... tepat pada hari raya Idul Adha....walau kami sangat bersedih, tapi ada kenangan manis yang menjadi warisan berharga buat kami dan ibu (istrinya). Menurut pengakuan ibu, seminggu sebelum bapak meninggal, bapak berkata,”Aku punya uneg-uneg yang belum aku sampaikan dan aku kepikiran sekarang ini. Ternyata dari seluruh wanita di dunia cuma kamu satu-satunya yang paling aku cintai!” Ah...bapak! sungguh kenangan romantis yang tak akan pernah dilupakan oleh ibu sebagai tiket masuk syurga karena bapak telah ridho pada ibu. Dan setelah bapak meninggal, ibu berkata padaku,”Tak ada laki-laki yang lebih tampan melebihi bapakmu...”. Hehehe...saya tertawa kecil ketika ibu bicara seperti itu. Yah...kisah cinta mereka sungguh berliku dan endingnya sangat romantis menurutku...dari mereka aku belajar tentang cinta, kasih sayang, perhatian, pelayanan, perjuangan, pengorbanan, dan terutama kesetiaan. Nilai-nilai yang sangat mahal harganya saat ini di tengah dunia yang sarat dengan hedonisme dan kebahagiaan semu yang hanya menilai segala sesuatu dengan ukuran materi. Jika saya boleh bercita-cita sebagai seorang istri, tentu saya ingin menjadi seperti ibu, wanita yang paling dicintai oleh suaminya hingga akhir hayat dan mendapat ridhonya:)

Yah, mungkin dari tulisan ini kita dapat mengambil hikmah bahwa kita tidak pernah dapat menduga bahwa terkadang pertemuan dengan teman kita, saudara kita, atau orang-orang yang kita sayangi ternyata merupakan pertemuan terakhir kita dengan mereka....Oleh karena itu berikanlah yang terbaik, jangan menyakiti baik lisan maupun perbuatan, pandangi wajahnya dengan penuh kasih sayang ketika kita diberi kesempatan Allah untuk bertemu dengan mereka, anggaplah bahwa itu mungkin pertemuan terakhir kita dengan mereka agar kita tidak menyesal ketika sewaktu-waktu orang-orang yang kita sayangi pergi meninggalkan kita untuk selamanya.............

Depok, 13 Januari 2009 08:54 PM

0 komentar: